DIA*

22.42

Malam,
Kau tau aku sangat menggilaimu.
Tapi aku benci bila DIA* hadir menggusik kita. ||

Kegelapan selalu saja membantunya untuk hadir dalam malamku
Dan semakin tersiratkan oleh cahaya rembulan yang menyelusup
Lalu, kelelahan yang menghujam diri ini perlahan menciptakan sosoknya dalam imajinasiku

Segera saja dia mendekati tubuhku,
Menyapa jiwa-jiwa hampa dalam ragaku dan kemudian mendekapku dengan erat, sangat lekat.
Hingga udarapun tak dapat lagi menari dengan indahnya

Siapakah dia?
Malaikat, atau Iblis yang mencoba mengusik ketenangan jiwaku?
Tiba-tiba saja ketakutan mulai merasuki pikiranku dan menjalar dalam ragaku yang beku

Aku ingin teriak!
Agar ada yang mendengar kesakitan jiwaku
Tapi yang ada hanyalah nyanyian-nyanyian kebisuan

Aku ingin bergerak!
Agar ada yang mengerti betapa gelisahnya ragaku
Tapi yang ada hanyalah tarian-tarian kesendirian

Dan,
Saat sang fajar menyambut kedatangan hari baru
Bayangnya kian nyata dalam sebuah ketidakpastian

Saat ku bersedih,
Dapat kurasakan hangat jemarinya menghapus dinginnya airmata

Saat ku bahagia,
Dapat kulihat indah senyumnya melintasi langit tak berbatas

Kemudian aku tersadar
Dia tak hanya hadir pada malam-malamku
Atau dihari-hari ku menghabiskan sisa hidup

Tapi dia ada disetiap ruang tempatku bernapas
Dalam lelap maupun terjaga
Seakan menemani ragaku, kemanapun ku melangkah

Ah siapakah dia??
Yang menyentuhku dalam ruang-ruang tak tampak
Yang mengganggu lelapku dalam dimensi-dimensi ilusi

Aku gila!!
Dia tlah menggenggam hatiku
Mengganggu pikiranku dan perlahan mempengaruhi kehidupanku

Semakin menggila!!
Dia tlah menjadi bayanganku
Pada setiap langkah dan detik waktu.

You Might Also Like

0 komentar

.